Pages

Sunday, July 14, 2013

Pemain Cinta

Siapa sangka masa lalu yang dari dulu selalu ku coba kubur dalam-dalam kini berada dihadapanku?
Ya kamu, sesosok pria yang sejak dulu ku agung-agungkan bak lebah memuja madu kini hadir dalam kehidupanku.

Dia masih sama seperti dulu. Hembusan nafasnya, wangi tubuhnya, belaian berikut pelukan kasih sayangnya, masih sama. Namun aku akui dia terlihat berbeda kali ini. Setelan kemeja, celana bahan dan sepatu pantofelnya membuat dia terlihat lebih baik.

Ya hidupnya memang lebih baik kali ini. Dia sudah bisa mencari uang. Dengan hidupnya yang sudah lebih baik dia kembali masuk ke dalam kehidupanku. Dan dengan sebongkah harapan dia sertakan masuk kedalamnya. What I'm feeling? Sedih, senang, terharu, kangen. Semua jadi satu. Kehadirannya tak mampu ku tolak. Tak pernah kuasa bahkan. Dan aku tau itu.

Namun kali ini dia hadir dengan sejuta kebaikan demi menutupi kekurangannya. Ya dia hadir layaknya seperti serigala berbulu domba. Tak ada yang menyangka kalau dia menjadi sesosok yang sangat jahat. Begitu pun aku. Dan ini yang kedua kalinya aku terjebak. Sangat ironis ya.

"cewek yang aku cari-cari selama ini ada di kamu"
"aku ga bisa gombal, tapi yang aku tau aku sayang sama kamu"
"aku kangen kamu.."

Kata-kata yang dia ucapkan. Terdengar manis, dan mampu melumpuhkan otak yang sedang bekerja. Namun siapa sangka kalau madu yang terlihat manis bisa terasa sangat pahit di lidah?
Lalu, apa arti dari semua kata-kata itu kalau bukan diartikan sebagai sebuah harapan?

Kata-kata yang dia lontarkan kepadaku disaat dia sedang mempunyai dua wanita yang dapat disebut sebagai kekasih membuat ku yakin kalau saat itu dia sedang berpihak kepadaku. Namun ternyata Tuhan berkata lain. Dia tak sebaik yang ku kira.

Kurang lebih seminggu hari-hari dilewati bersamanya. Udah terlalu banyak harapan yang dia beri. Ya, harapan tak berisi. Mungkin disitulah kesalahan pada wanita, terlalu berperasaan. Perhatiannya saat itu sukses membutakan mata batin. Logika diotak terasa mati, dan perasaan mengambil alih sepenuhnya.

Titik nyaman itu kembali. Titik nyaman yang dulu sempat dirasakan 4 tahun yang lalu, kini kembali. Dan itu pun yang ku katakan kepadanya. Aku masih ingat, saat ku katakan itu dia lalu tersenyum dan memeluk ku erat. Aku tak akan lupa, hari-hari yang aku lewati bersamanya saat dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Tak akan pernah.

Namun kini dia sudah ku biarkan pergi. Dan aku pun ikut menjauh, melupakan semuanya, dan mencoba menghilang. Bukan karena keinginanku, tetapi sikapnyalah yang membuatku merasa putus asa dan memilih untuk pergi. Siapa yang tak sakit hatinya jika seseorang berada di posisi ku. Dia hadir membawa sejuta harapan, memberikan sesuatu yang indah, meyakinkanku kalau hanya aku yang membuatnya sayang, meyakinku kalau hanya aku wanita yang dia cari. Namun pada akhirnya dia mengatakan:

"Maaf, aku pilih dia"

Jahat? Ya, dan itu dia.

Dia seperti penyihir jahat yang menerbangkan ku ke langit ke tujuh, lalu menjatuhkan ku tanpa ampun. membiarkan ku merasakan sakit yang sangat teramat lalu tersenyum. Ya, dia belahan jiwa yang tega menari indah diatas tangisanku. Ini yang ke-2 kalinya dia buat aku merasa kalau dunia itu tak adil. Membuat ku benar-benar merasa terpuruk. Bahkan disaat kondisi seperti itu dia masih mengatakan:

"kamu tetap tanggung jawab aku, walaupun aku milih dia"

See? dia pemain yang hebat bukan?

Mungkin Tuhan lebih memilih aku tersakiti seperti ini dari pada Tuhan harus membiarkan ku tetap buta dan tak tahu siapa dia sebenarnya. Tuhan baik ya?

Kali ini dia sukses. Sukses buat aku mengerti apa arti dari rasa benci sesungguhnya. Dan itu yang sekarang aku rasakan kepadanya. Aku janji ini yang terakhir kali jatuh ke lubang yang sama.

Tapi aku percaya, suatu saat dia akan merasakan apa yang aku rasakan. Dia akan merasakan bagaimana berada di posisi ku. Karma selalu berlaku.